Selasa, 04 Oktober 2011

Si temon dan Si Pisang

Waktu kecilku dulu, seorang kakek bercerita kepadaku...begini ceritanya.


Dijaman dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Temon yang kelakuannya bikin tertawa semua orang disekitarnya…alias L.U.C.U.……..uuuu ^_^.
Suatu saat, dalam perjalanan mencari kayu bakar, tiba-tiba terdengar
“Kluteeeek..” suara sebongkah buah pisang yang jatuh mengenai kepalanya.
“Aduuuhh…sakitttt “ rintih si temon yang kesakitan
Si Temon pun marah, kepalanya sakit tak tertahan dan kemudian tumbuhlah benjolan besar dikepalanya…..dan marahnya pun semakin berapi api,
Pisang sialaaaan….gara-gara kamu, kepalaku penyok” kata temon
Dengan menahan rasa sakit, diapun pulang dengan membawa dendam pada pohon pisang tersebut.
Syukur, malamnya, kepalanya sudah baikan, namun perasaan bencinya tidak kunjung hilang  dan berjanji akan membalas pisang tersebut. Keesokan harinya, dia membawa sebilah parang menuju tempat pisang tersebut. Sampailah ia ditempat pisang, tak menyia-nyiakan waktu, dia lalu memukul mukul pisang tersebut tanpa ampun.
"Haiyaaa, pluk pluuk….jeg..jegggg….jiaaah…..rasain kau wahai pisang sialan” kata si Temon yang dikuasai rasa marah memukul-mukul pohon pisang.
Pohon pisangpun diam tak berdaya… diam tak membalas
Setelah puas memukul pisang, dia lalu mengambil parangnya dan membacokkan ke pisang tersebut.
Dengan mudahnya si Temon menumbangkan si Pisang, diapun pulang dengan perasaan puas namun dendamnya tak kunjung hilang. Keesokan harinya, iapun melewati tempat pisang tersebut,
Alangkah terkejutnya si Temon.
"Haaaaa…kok masih hidup….! Siaaalannnnnnnn…"kata si temon yang kembali marah
Si Temon kaget dengan melihat pohon pisang yang dipotongnya kemarin mucul tunas baru. Melihat hal itu, marahnya kembali kambuh, si temon lalu memotong dan mencincang keseluruhan anggota pohon…tidak puas, ia pun membakarnya.
"Huuuuuh, rasain kau pisang sialan….hanguslah engkau jadi abu.".kata si Temon.
Seperti biasa, si Pisang pun diam tak membalas.Si Temon pulang kelelahan karena seluruh energinya ia habiskan untuk menghajar habis habisan si Pisang.
Selang seminggu, setelah ia membakar pohon pisang sampai karnya akarnya, si Temon melihat sejumlah tunas pisang tumbuh dan berkembang. Kuncup dauh berwarna hijau menghiasi tempat itu, namun lain halnya bagi si Temon, kemarahnnnya semikin menjadi…
"Haaaaaaa….itu kan…itu kan….!!
tumbuh lagi tumbuh lagi…. Awas kau pisang…sekarang saatnya aku menghancurkanmu sampai titik darah penghabisan…". kata si temon keheranan

Dicangkulnya tunas tunas pohon pisang tersebut sampai ke akar-akarnya, dikeluarkannya semua bagian pohon pisang hingga tak tersisa, lalu ia cincang habis habisan. Selanjutnya, dibuanglah pohon pisang tersebut ke tempat bekas penggalian tanah yang sepih tak berpenghuni. Ia campakkan semua bagian-bagian pohon pisang tersebut. Si Temon pun kembali pulang dan keletihan.
Jelang beberapa bulan, ketika ia dengan asyik mencari kayu bakar dan tak sadar sampai di tempat galian tersebut. Ia terkaget dan tersadar….
"Hayooooo.. apa itu yang ada di tengah-tengah bekas galian tanah? " Tanya si Temon pada dirinya sendiri
Ternyata ratusan tunas pohon pisang tumbuh dan berkembang ditempat itu. Dengan perasaan sedih…ia pun menjadi lemas tak berdaya.
Lalu si temon berkata, "aku menyerah wahai pohon pisang…".
Pelajaran yang dapat di ambil :
  • Adalah si Temon, karakter yang mudah marah tidak bersabar terhadap cobaan.
Coba seandainya ketika ia dijatuhi buah pisang,melihat dari sisi lain dimana buah yang menjatuhinya adalah rejeki yang diberikan tuhan baginya untuk dimakan, meskipun dengan cara menanggung sakit, pastilah ia tidak sekalut marah-marah dengan pohon pisang yang tak bernyawa.
Rasa dendam yang tidak kunjung hilang justru membuat ia kecapeakan dan tak bermanfaat. Justru malah merugikan dirinya dan sia sia tak bermanfaat.
  • Adalah si Pisang, yang dengan sabarnya ia di hajar si Temon
Menggambarkan karakter yang tahan terhadap cobaan apapun, namun semangat yang luar biasa tidak kunjung padam, hingga dirinya bisa memberikan manfaat dan melahirkan tunas-tunas baru bagi kehidupan selanjutnya.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar